
Sejak Juni lalu, di blognya, Paulo Coelho mengajak para pembacanya melakukan workshop online, dalam bulan Juli buku yang dibahas adalah masterpiece-nya "
The Alchemist."
Ketika menulis the Alchemist, Coelho sedang berada dalam kondisi menyenangkan dalam hidupnya. Karirnya di perusahaan rekaman CBS sedang bagus, akan tetapi ada sesuatu yang kurang. Ia belum menjalani impiannya menjadi penulis.
Bagi Paulo Coelho, the Alchemist adalah metafora bagi kehidupannya saat itu. Sama seperti Santiago yang telah memiliki cukup kambing gembala, akan tetapi masih menyimpan impian untuk melihat piramid. Sampai ketika bertemu Melchizedek, raja dari Salem yang memberitahu untuk mengejar impiannya dan Personal Legend-nya.
Paulo Coelho pun mengalami hal sama seperti Santiago. Ketika melakukan travel ke Eropa di awal 1980-an, ia berkunjung ke salah satu bekas kamp konsentrasi Nazi di Dachau, di luar Munich Jerman. Di situ ia mendapat penglihatan bertemu seseorang. Selepas dari Jerman ia melanjutkan perjalanan ke Belanda. Di Amsterdam ia bertemu dengan orang yang ia "lihat" di Dachau. Coelho kemudian berbincang-bincang panjang dengan orang tersebut, yang identitasnya tidak pernah diungkap oleh Coelho. Setelah pertemuan itu, Coelho mulai berani memulai mimpinya menjadi penulis.
The Alchemist adalah buku kedua yang ia tulis dan ia selesaikan pada 1988. Percaya atau tidak, cetakan pertama dari buku terlaris Coelho ini hanya terjual 900 buah. Hingga penerbitnya yang merupakan penerbit kecil di Brazil memutuskan tidak akan mencetak ulang O Alquimista (The Alchemist dalam bahasa Portugis).
Kemudian satu penerbit di Spanyol pun menerjemahkan dan menerbitkan the Alchemist pada 1989 dengan hasil sama seperti di Brazil: penjualan yang tidak bagus. Begitu juga dengan penjualan di Portugal.
Tapi tiga kegagalan itu tidak menghentikannya. Coelho terus maju mengejar mimpinya.
Setelah buku ketiga, Brida yang terbit 1990, barulah The Alchemist mendapat perhatian dari media dan langsung melejit. 3 tahun kemudian The Alchemist diterjemahkan ke bahasa Inggris dan diterbitkan oleh HarperCollins yang di cetakan pertama membuat 50.000 kopi. Kini the Alchemist telah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa dan terjual di 74 negara. Di Spanyol, The Alchemist adalah buku dengan penjualan tertinggi pada 2001. Sementara di Portugal sudah lebih dari 1 juta kopi buku-buku karya Coelho terjual.
Saya akan kutipkan ucapan Melchizedek ke Santiago tentang personal legend, yaitu "
It's what you have always wanted to accomplish. Everyone, when they are young, knows what their Personal Legend is."
Coelho membuktikan bahwa ia bisa mencapai impiannya menjadi penulis, dan bahkan menjadi sangat kaya dari tulisannya. Hanya saja sebagian besar orang tidak tahu cerita tentang hampir gagalnya The Alchemist sampai di tangan kita, karena cetakan pertamanya gagal di pasar.
Dalam workshop di blognya, Coelho mengungkapkan bahwa ada 4 hambatan kita gagal dala mewujudkan impian kita.
(1) Sejak kecil kita diberitahu bahwa apa pun yang akan kita capai itu mustahil diraih. Sehingga kita terpaksa mengubur keinginan dan impian kita.
(2) Jika kita ingin mengejar impian kita, kita kuatir kalo kita menyakiti orang yang kita cintai dalam upaya mengejar apa yang kita impikan. Padahal perasaan cinta seharusnya menjadi kekuatan untuk membuat kita termotivasi mengejar impian.
(3) Begitu hambatan kedua kita bisa atasi, maka akan muncul hambatan ketiga yaitu takut gagal. Begitu kita mengejar impian kita dan bersungguh-sungguh, kita akan lebih sakit ketimbang orang yang setengah-setengah. Orang yang setengah-setengah memang bersiap untuk gagal, sehingga itu adalah yang mereka harapkan.
(4) Takut berhasil. Ini adalah hambatan yang paling sering menyebabkan orang gagal mewujudkan mimpinya. Bukan takut gagal tapi takut berhasil.
Evil Knievel, salah satu stuntman dan daredevil paling berani dalam melakukan aksi melompati puluhan mobil dengan sepeda motornya, pernah berkata pada pesulap David Blaine, "
There are some drives that force people to make their dreams come true. But not everybody has enough knowledge, determination, guts and wisdom to achieve it."
Jika Evil Knievel yang pegang beberapa rekor dunia melompati rintangan dengan sepeda motor bicara seperti itu, saya pasti menyimak. Ternyata pesannya serupa dengan pesan Coelho.
Pertanyaannya, "Do you have enough guts to achieve your dreams?"