Thursday, December 24, 2009

Cerita Pensil

Cerita ini ada di blog Coelho 3 hari lalu, dan ada di buku "Like the Flowing River" dari Coelho.

... Seorang anak kecil memperhatikan neneknya menulis sesuatu. Didorong rasa ingin tahunya ia bertanya, "Nek, sedang menulis cerita tentang nenek dan aku ya?"

Sang nenek berhenti menulis, memperhatikan cucunya dan berkata, "Ya. Nenek sedang menulis tentang kamu. Sebenarnya ada hal yang lebih penting dari tulisan ini, yaitu pensil yang saya gunakan. Saya harap kamu bisa seperti pensil ini saat kamu dewasa nanti."

Penasaran dengan ucapan neneknya, si anak kecil melihat pensil yang digunakan neneknya: tidak ada yang istimewa dari pensil itu.

"Semua tergantung cara kamu memandang sesuatu. Pensil ini punya 5 kualitas yang jika kamu bisa terapkan itu semua, maka kamu akan selalu merasa damai di dunia ini.

"Kualitas pertama, kamu mampu melakukan hal-hal besar. Akan tetapi selalu ingat bahwa ada tangan yang memandu langkah kamu. Kita sebut tangan itu tangan tuhan atau dewa."

"Kualitas kedua, selama menulis ada waktu saya berhenti sejenak untuk meraut pensil ini. Proses meraut itu akan sedikit menyakiti si pensil, tapi setelah melewati proses itu si pensil akan jadi lebih tajam. Begitu juga kamu, belajarlah untuk menerima rasa sakit dan kepedihan, karena itu akan menjadikan kamu lebih kuat dan lebih baik.

"Ketiga, pensil selalu memungkinkan kita menghapus kesalahan tulisan agar menghasilkan karya yang lebih baik. Sama juga jika kita mengkoreksi hal-hal yang kita lakukan itu berguna untuk membuat kita tetap di jalur yang mengarah ke tujuan kita."

"Kualitas keempat, perhatikan bahwa hal paling penting dari pensil bukan eksterior luarnya berupa kayu, akan tetapi bagian dalamnya berupa grafit yang dipakai untuk menulis. Oleh karenanya selalu perhatikan apa pun yang terjadi di dalam dirimu."

"Kelima dan terakhir adalah pensil selalu meninggalkan jejak setiap digunakan. Dengan cara yang sama kamu juga akan meninggalkan kesan dalam setiap hal yang kamu lakukan di dunia ini. Maka dari itu berusahalah untuk menyadari itu dalam setiap tindakanmu." ...

Friday, August 28, 2009

Poster Film Veronika Decides to Die

All,
Ini poster resmi (official poster) film Veronika Decides to Die, sebelah kiri adalah poster dalam bahasa Portugis dan kanan adalah poster dalam bahasa nggris.

Kabar terakhir sih dari temen pembaca Coelho di Filipina udah sempet liat posternya dipasang di kotanya. Tapi belum tau kapan premiere-nya.

Isu terakhir sih bulan Agustus ini bakal serentak diputar di seluruh dunia. Tapi belum ada info lain. Semeentara trailernya sendiri udah rame ditonton orang di YouTube.

Dibintangi Sarah Michelle Gellar sebagai Veronika, lokasi kejadian berubah jadi di New York bukan lagi di Ljubjana, Slovenia. Ini dilakukan supaya para penonton yang bukan pembaca Coelho bisa lebih dapet nangkap ceritanya. Tapi buat pembaca setia Coelho sih akan sedikit kecewa karena selain setting yang beda, nama para tokohnya pun beda.
Ini ada lagi poster film yang lain.

Kenapa Coelho Melakukan Road to Santiago

Udah sempet ngomongin tentang Road to Santiago beberapa kali, tapi belum sempet ngomongin karya Coelho yang merupakan hasil dari perjalanan dia di 1986 menelusuri Road to Santiago: The Pilgrimage.

Awal cerita Coelho melakukan perjalanan Road to Santiago dimulai dari Jerman awal 1980-an. Ketika ia dan istrinya, Christina Oiticica berkeliling Eropa, di Jerman mereka sedang ke Dachau. Satu tempat di luar kota Munich, Bayern. Dachau adalah kamp konsentrasi Nazi pertama tempat di mana Nazi Jerman mengawali holocaust. Di kamp konsentrasi ini tercatat lebih dari 190.000 tahanan meninggal.

Pada saat di Dachau, berdasarkan beberapa sumber, Coelho mendapat visi kalau ada seorang menghampirinya. Visi ini di dalam istilah sebagian orang di Indonesia disebut penampakan.

Setelah dari Jerman, Coelho melanjutkan perjalanan ke Belanda. Di Amsterdam ia bertemu dengan seorang yang mirip dengan orang yang ia lihat di Dachau. Coelho tidak pernah menyebutkan identitas detail orang itu, hanya ia memanggilnya dengan nama Jean.

Jean dan Coelho ngobrol panjang di salah satu cafe di Amsterdam. Jean ternyata memiliki pandangan yang luas tentang kehidupan. Dari obrolan itu, salah satu saran Jean ke Coelho adalah mempelajari bahasa simbol dalam Katolik untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan. Salah satu simbol dan metafor dari kehidupan itu adalah perjalanan Road to Santiago.

Akhirnya pada 1986, Coelho memutuskan melakukan perjalanan Road to Santiago. Kisah perjalanannya ia bukukan menjadi novel yang judul asli dalam bahasa Portugisnya adalah O Diario de Um Mago (Diary of a Magician/Wizzard). Sampul asli buku itu bisa dilihat di gambar ini. Penjualan pertama dari the Pilgrimage ini lebih bagus dari the Alchemist pada saat pertama kali terbit yang hanya terjual 900 kopi.

Tuesday, August 25, 2009

Travel Plan: el Camino de Santiago


Sesuai janji, berikut ini adalah rencana perjalanan ke Road to Santiago untuk musim panas tahun depan. Rencana ini dibuat sebagai hasil komunikasi via email dan browsing dengan orang-orang yang pernah melakukan perjalanan ini. Semoga teman-teman dari Jakarta Paulo Coelho Book Club ada yang bisa ikutan, ya.

el Camino de Santiago adalah berjalan kaki atau juga dengan bersepeda sepanjang rute klasik yang bisa dimulai dari beberapa titik. Menelusuri jalur Bima Sakti (Via Lactea), mengikuti alur terbit matahari dari Timur ke Barat hingga titik akhir terbenam matahari di Fisterra/Finistere. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai peziarah, kita harus berjalan kaki minimal 100 km dari Sarria. Jika kita memenuhi kualifikasi ini, maka kita berhak atas sertifikat Compostella yang bisa diperoleh di katedral Santiago de Compostella.

Untuk memulai perjalanan ziarah Road to Santiago, ada beberapa titik awal, baik di Perancis maupun di Spanyol. Jalur yang biasa diambil para peziarah adalah French Way (Camino Francés) yang titik awal tradisionalnya dimulai dari Saint-Jean-Pied-de-Port di perbatasan Perancis dan Spanyol. Untuk mencapai lokasi ini dari Indonesia, anda bisa naik pesawat terbang ke kota di bagian selatan Perancis seperti Toulouse atau ke Barcelona, Spanyol. Kemudian melanjutkan dengan bis atau kereta ke Saint-Jean-Pied-de-Port. Dari sini, perjalanan menuju Santiago de Compostella sejauh 770 km dan biasanya ditempuh dalam 90-100 hari.

Paulo Coelho pada 2006 melakukan perjalanan dari Saint-Jean-Pied-de-Port ini ke Santiago de Compostella selama 90 hari. Foto yang anda lihat di sini adalah fotonya ketika melakukan perjalanan tersebut, dalam rangka 20 tahun perjalanan pertamanya pada 1986 yang menelurkan the Pilgrimage dan the Alchemist. Lokasi itu ada di Puenta de la Reina (Jembatan Ratu) masih 677 km lagi dari Santiago. Foto diambil dari blognya Paulo Coelho.

Selain dari situ, ada beberapa titik lain yang bisa diambil jika tidak punya waktu panjang. Berikut ini adalah beberapa titik awal beserta estimasi waktu yang diperlukan. Estimasi ini dibuat berdasarkan perhitungan dalam satu hari berjalan santai sejauh 15-20 km dengan kecepatan 4 km/jam dan berjalan selama 5 jam per hari. Ini jalan santai banget loh.
  • Pamplona : 700 km (45-50 hari)
  • Burgos : 480 km (20-25 hari)
  • Leon : 300 km (10-15 hari)
  • Ponferrada : 197 km (8-10 hari)
Kami, beberapa teman dari Jakarta Paulo Coelho Book Club rencana akan start dari Leon. Diawali dengan naik pesawat dari Jakarta ke Madrid. Setelah mengunjungi teman di Madrid, kami akan melanjutkan dengan kereta api selama 4 jam dengan ongkos seharga € 42, atau 5 jam perjalanan jika naik bus seharga € 37 ke Leon.

Satu-satunya dokumen yang diperlukan bagi setiap peziarah yang akan melalui jalur Santiago adalah pilgrimage credential (credential de peregrino). Ini adalah sebuah tanda pengenal bagi setiap peziarah seperti paspor yang menunjukkan anda adalah peziarah Santiago de Compostela. Credential ini merupakan kartu pas untuk menginap di hostel peziarah (albergues) yang banyak tersebar di sepanjang perjalanan. Di setiap albergues kita bisa meminta stempel dari albergues itu. Credential itu juga menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh berjalan kaki ke Santiago, oleh karena banyak rute menuju albergues yang tidak bisa dilalui mobil.

Untuk mendapatkan credential de peregrino ini, kita bisa membeli seharga 1-3 Euro di albergues utama di setiap desa sepanjang Road to Santiago. Gambar ini adalah gambar credential yang dipenuhi stempel dari albergues di sepanjang jalan dari Fernando Diaz, salah seorang teman yang pernah melakukan perjalanan Road to Santiago.

Albergues (bahasa Spanyol, dalam bahasa Perancis disebut refugios) ini adalah hostel yang diperuntukkan hanya untuk para peziarah dan dikelola oleh para hospitaleros yang merupakan volunteer atau relawan. Di setiap desa yang dilalui oleh Road to Santiago selalu terdapat albergues dengan kapasitas beragam, mulai dari hanya 10 tempat tidur sampai 80 tempat tidur dengan biaya menginap sekitar 3-7 Euro semalam. Setiap peziarah hanya boleh menginap semalam di albergues, karena perjalanan Road to Santiago ini merupakan metafor dari kehidupan, untuk tidak berlama-lama diam di satu tempat dan harus terus berjalan.

Dengan memulai dari Leon akan memakan waktu 15 hari sampai di Santiago. Kemudian setiba di Santiago, jika mengikuti rute perjalanan Coelho di dalam the Pilgrimage, kami akan meneruskan dengan berjalan kaki 72 km lagi ke Finisterre atau 4-5 hari perjalanan. Total menjadi 19-20 hari berjalan kaki. Berikut ini adalah breakdown dari setiap tahap:
  • Leon - Ponferrada : 99 km (5 hari)
  • Ponferrada - Saria : 88 km (4 hari)
  • Sarria - Santiago : 114 km (6 hari)
  • Santiago - Finisterre : 72 km (4 hari)
  • Finisterre - Santiago : dengan bis
Estimasi maksimal biaya penginapan untuk 20 hari adalah sejumlah € 140. Sementara untuk makanan 15 Euro (untuk makan siang dan malam, karena sarapan biasanya disediakan di albergues) dikalkulasi untuk 20 hari menjadi € 300. Sehingga total uang yang harus disediakan untuk 20 hari perjalanan el Camino de Santiago adalah € 440 atau Rp 6.160.000.

Untuk kembali dari Finisterre ke Santiago, kami akan naik bus seharga € 20 (Rp 280.000) yang memakan waktu 2 jam perjalanan. Kemudian dari Santiago kembali ke Madrid bisa menggunakan pesawat RyanAir dengan tiket seharga sekitar 50-80 Euro (Rp 700.000 - 1.120.000) tergantung jumlah bagasi yang dibawa atau Iberia Airlines seharga € 150 (Rp 2.100.000). Info ini didapat dari teman-teman yang melakukan perjalanan tahun 2008.

Berikut ini adalah estimasi biaya perjalanan:
  • Kereta api Madrid - Leon : € 42
  • Penginapan selama 20 hari : € 140
  • Makanan selama 20 hari : € 300
  • Bus dari Finisterre - Santiago : € 20
  • Pesawat Santiago - Madrid : € 150
Total biaya untuk 21 hari selama di lokasi sejak mendarat di Madrid adalah sekitar € 700 , atau sekitar Rp 9,8 juta. Yang paling mahal dan tidak masuk dalam estimasi ini adalah tiket pesawat Jakarta - Madrid - Jakarta.
Cross my fingers...

Hadiah Ulang tahun Coelho untuk Kita

Download hadiah ulang tahun dari Paulo Coelho untuk kita di sini
Spoiler dikit:
Cerita tentang Tetsuya dalam mengajar memanah, dan bagaimana metafora memanah itu sama seperti menjalani hidup.
Paulo Coelho sendiri juga adalah seorang pemanah.

Monday, August 24, 2009

Feliz Aniversário Paulo Coelho

Happy Birthday Paulo Coelho... Feliz Aniversário
Keep writing and may your books and writings always shines the path for all Warriors of Light.
Bless you..

Sunday, August 23, 2009

Katedral Santiago de Compostela dan Road to Santiago

Dalam dua buku pertama Paulo Coelho: the Pilgrimage dan the Alchemist, juga dalam kehidupan pribadinya, ada satu lokasi khusus yang merubah jalan hidup penulis itu. Di tempat itu ia mengalami transformasi luar biasa, tempat awal di mana munculnya ide dari novel masterpiece dan terlaris miliknya: the Alchemist. Tempat itu adalah katedral Santiago de Compostella dan Road to Santiago di Spanyol.

Katedral Santiago de Compostella
Katedral ini terletak di kota Santiago de Compostella, semenanjung Iberia, bagian Barat Daya (South-West) Spanyol di daerah Galicia. Di tempat katedral ini berdiri diyakini terdapat makam Saint James, atau Yaacov ben Zebdi, yang dalam bahasa Spanyol dikenal sebagai Santiago.


Santiago atau Saint James adalah salah satu dari 3 murid Yesus yang menjadi saksi kebangkitan Yesus bersama Saint Peter dan Saint John.

Nama James, adalah transliterasi dari Jaacov dalam bahasa Ibrani ke bahasa Latin: Giacobo atau Giacomo yang dalam bahasa Inggris menjadi James. Kemudian dalam bahasa Spanyol menjadi Jacome atau Jaime (Spanyol bagian Timur) dan di semenanjung Iberia dan Catalunya (Barcelona) menjadi Iago. Di dalam bahasa Portugis dan Galicia (tempat katedral Santiago), nama itu menjadi Tiago. Penambahan Sant (bahasa sanskrit) yang menjadi saint dalam bahasa Inggris dan Santo dalam bahasa Latin digunakan sebagai penunjuk bahwa penerima panggilan itu adalah orang yang baik dan mulia.
Dalam blog ini, nama yang akan digunakan untuk Saint James adalah Santiago.

Ketika Santiago dihukum mati oleh raja Agrippa I pada tahun 44 M di Jerusalem, para muridnya membawa jenazah Santiago menyeberangi laut ke semenanjung Iberia dan mendarat di Padron, Galicia. Kemudian para murid Santiago memakamkannya di tempat yang kemudian disebut Compostella.

Ada dua sejarah asal kata Compostella, yaitu dari bahasa Latin: Campus Stellae (lapangan berbintang), karena di daerah tempat Santiago dimakamkan adalah lapangan terbuka yang di langit di atas lapangan tersebut banyak sekali terdapat bintang. Selain itu, kata itu juga bisa berasal dari kata lain dalam bahasa Latin: Composita Tella (tempat pemakaman).

Katedral ini awalnya dibangun oleh raja Alfonso II pada 829 ketika ia mendapat laporan dari uskup Theodemir of Iria tentang adanya cahaya aneh dari langit mengarah ke satu lokasi di lapangan Compostella. Oleh karena selama ratusan tahun setelah dimakamkan, lokasi pemakaman Santiago menjadi terlupakan. Cahaya aneh yang pertama kali dilihat oleh seorang bernama Pilayo pada 814 diyakini sebagai lokasi pemakaman Santiago. Di atas lokasi tersebut, raja Alfonso II pun membangun gereja yang berdiri lebih dari 100 tahun. Sampai ketika tentara Arab-muslim menyerbu Spanyol, situs bersejarah ini dihancurkan dan dibakar menjadi abu pada 997 oleh pasukan pimpinan Al Mansur bin Abi Amir. Baru kemudian setelah pasukan Arab-muslim dikalahkan dan dipukul mundur kembali ke semenanjung Arab, maka pada 1075 di bawah raja Alfonso VI dimulailah pembangunan kembali Santiago de Compostella. Pembangunan fisik selesai pada 1122 dan diresmikan pada 6 tahun kemudian sebagai katedral oleh raja Alfonso IX.

Di depan katedral terdapat simbol kulit kerang yang merupakan simbol kesuburan.
Selain itu beberapa mitologi tentang katedral ini adalah bahwa di sinilah tempat para Alchemist memecahkan misteri cara merubah logam biasa menjadi emas, serta melakukan perubahan wujud satu materi menjadi wujud lain sebagaimana dilakukan Santiago, sang penggembala di padang pasir dalam the Alchemist.

Road to Santiago (el Camino de Santiago)
Paulo Coelho pertama kali melakukan perjalanan ziarah menyusuri jalan menuju katedral Santiago de Compostella pada 1986, pengalaman yang ia tuliskan dalam the Pilgrimage. Perjalanan yang mengubah pandangannya tentang hidup dan membuatnya mampu menulis karya terbaiknya: the Alchemist.

Dalam Road to Santiago atau el Camino de Santiago, para penelusur jejak Santiago bisa memulai perjalanan dari titik mana pun dan menuju ke katedral ini. Ada 7 jalur yang bisa diambil:
  • French Way (Camino Francés), berawal dari Saint-Jean-Pied-de-Port dan merupakan jalur paling populer para peziarah
  • Aragon Way (Camino Aragonés), mulai dari Somport (Perancis) menelusuri sungai Aragon dan bertemu dengan French Way.
  • Northern Way (Camino del Norte), bermula dari Irun (Perancis) menelusuri garis pantai utara Spanyol
  • Tunnel Way, sama seperti Northern Way dari Irun tapi melalui jalur selatan ke terowongan San Andrean dan melalui padang rumput Alavans
  • English Way (Camino Inglés), untuk para peziarah yang datang dari laut dan mendarat di Ferrol atau Coruna (Spanyol)
  • Portuguese Way (Camino Porugués), berawal di Porto (Portugal)
  • Via de la Plata, berawal di Sevilla (Spanyol) ke utara menuju arah Salamanca
Road to Santiago merupakan jalur kuno dan telah ada sejak jaman paganisme ribuan tahun lalu. Bahkan terdapat catatan bahwa sejak jaman Megalithic, jalur ini telah menjadi jalur ritual suci. Beberapa antropolog menemukan bahwa beberapa dewi yang kerap diabadikan dalam rute ini antara lain Mari (dewi kesuburan Basque), Ishtar (dewi kesuburan Babylonia) dan juga Kali (dewi kesuburan Hindu). Selain itu kepercayan kuno juga menganggap bahwa Road to Santiago adalah jalur ujung dunia, tempat di mana kebudayaan mitologi Atlantis berada dan juga tempat paling akhir terbenamnya matahari.

Rute yang kini menjadi Road to Santiago ini merupakan jalur ritual kesuburan pagan yang dilambangkan dengan kulit kerang. Hingga kini lambang itu tetap menjadi simbol peziarah Road to Santiago. Bahkan sepanjang perjalanan menuju ke Santiago, selalu terdapat penunjuk jalan berupa tiang berlogo kulit kerang berwarna kuning dengan latar belakang biru.


UNESCO World Heritage Site
Baik Road to Santiago maupun Kota tua Santiago de Compostella merupakan salah satu dari UNESCO World Heritage Site, yang membuat keduanya diakui sebagai salah satu peninggalan peradaban milik dunia. Road to Santiago dinyatakan sebagai World Heritage pada 1993, sedang kota Santiago de Compostella pada 1986.

Posting Side-Story berikut akan membahas tentang Road to Santiago secara detail serta beberapa cerita Paulo Coelho dalam melakoni perjalanan Road to Santiago.

Saturday, August 22, 2009

Paulo Coelho tentang The Alchemist

Sejak Juni lalu, di blognya, Paulo Coelho mengajak para pembacanya melakukan workshop online, dalam bulan Juli buku yang dibahas adalah masterpiece-nya "The Alchemist."

Ketika menulis the Alchemist, Coelho sedang berada dalam kondisi menyenangkan dalam hidupnya. Karirnya di perusahaan rekaman CBS sedang bagus, akan tetapi ada sesuatu yang kurang. Ia belum menjalani impiannya menjadi penulis.

Bagi Paulo Coelho, the Alchemist adalah metafora bagi kehidupannya saat itu. Sama seperti Santiago yang telah memiliki cukup kambing gembala, akan tetapi masih menyimpan impian untuk melihat piramid. Sampai ketika bertemu Melchizedek, raja dari Salem yang memberitahu untuk mengejar impiannya dan Personal Legend-nya.

Paulo Coelho pun mengalami hal sama seperti Santiago. Ketika melakukan travel ke Eropa di awal 1980-an, ia berkunjung ke salah satu bekas kamp konsentrasi Nazi di Dachau, di luar Munich Jerman. Di situ ia mendapat penglihatan bertemu seseorang. Selepas dari Jerman ia melanjutkan perjalanan ke Belanda. Di Amsterdam ia bertemu dengan orang yang ia "lihat" di Dachau. Coelho kemudian berbincang-bincang panjang dengan orang tersebut, yang identitasnya tidak pernah diungkap oleh Coelho. Setelah pertemuan itu, Coelho mulai berani memulai mimpinya menjadi penulis.

The Alchemist adalah buku kedua yang ia tulis dan ia selesaikan pada 1988. Percaya atau tidak, cetakan pertama dari buku terlaris Coelho ini hanya terjual 900 buah. Hingga penerbitnya yang merupakan penerbit kecil di Brazil memutuskan tidak akan mencetak ulang O Alquimista (The Alchemist dalam bahasa Portugis).

Kemudian satu penerbit di Spanyol pun menerjemahkan dan menerbitkan the Alchemist pada 1989 dengan hasil sama seperti di Brazil: penjualan yang tidak bagus. Begitu juga dengan penjualan di Portugal.

Tapi tiga kegagalan itu tidak menghentikannya. Coelho terus maju mengejar mimpinya.
Setelah buku ketiga, Brida yang terbit 1990, barulah The Alchemist mendapat perhatian dari media dan langsung melejit. 3 tahun kemudian The Alchemist diterjemahkan ke bahasa Inggris dan diterbitkan oleh HarperCollins yang di cetakan pertama membuat 50.000 kopi. Kini the Alchemist telah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa dan terjual di 74 negara. Di Spanyol, The Alchemist adalah buku dengan penjualan tertinggi pada 2001. Sementara di Portugal sudah lebih dari 1 juta kopi buku-buku karya Coelho terjual.

Saya akan kutipkan ucapan Melchizedek ke Santiago tentang personal legend, yaitu "It's what you have always wanted to accomplish. Everyone, when they are young, knows what their Personal Legend is."

Coelho membuktikan bahwa ia bisa mencapai impiannya menjadi penulis, dan bahkan menjadi sangat kaya dari tulisannya. Hanya saja sebagian besar orang tidak tahu cerita tentang hampir gagalnya The Alchemist sampai di tangan kita, karena cetakan pertamanya gagal di pasar.

Dalam workshop di blognya, Coelho mengungkapkan bahwa ada 4 hambatan kita gagal dala mewujudkan impian kita. (1) Sejak kecil kita diberitahu bahwa apa pun yang akan kita capai itu mustahil diraih. Sehingga kita terpaksa mengubur keinginan dan impian kita. (2) Jika kita ingin mengejar impian kita, kita kuatir kalo kita menyakiti orang yang kita cintai dalam upaya mengejar apa yang kita impikan. Padahal perasaan cinta seharusnya menjadi kekuatan untuk membuat kita termotivasi mengejar impian. (3) Begitu hambatan kedua kita bisa atasi, maka akan muncul hambatan ketiga yaitu takut gagal. Begitu kita mengejar impian kita dan bersungguh-sungguh, kita akan lebih sakit ketimbang orang yang setengah-setengah. Orang yang setengah-setengah memang bersiap untuk gagal, sehingga itu adalah yang mereka harapkan. (4) Takut berhasil. Ini adalah hambatan yang paling sering menyebabkan orang gagal mewujudkan mimpinya. Bukan takut gagal tapi takut berhasil.

Evil Knievel, salah satu stuntman dan daredevil paling berani dalam melakukan aksi melompati puluhan mobil dengan sepeda motornya, pernah berkata pada pesulap David Blaine, "There are some drives that force people to make their dreams come true. But not everybody has enough knowledge, determination, guts and wisdom to achieve it."
Jika Evil Knievel yang pegang beberapa rekor dunia melompati rintangan dengan sepeda motor bicara seperti itu, saya pasti menyimak. Ternyata pesannya serupa dengan pesan Coelho.

Pertanyaannya, "Do you have enough guts to achieve your dreams?"